• Rab. Feb 12th, 2025

Perusahaan Yang Bangkrut

Byadmin

Jan 24, 2025

Dalam dunia bisnis, risiko kebangkrutan selalu menjadi ancaman nyata, tidak hanya bagi perusahaan kecil tetapi juga untuk perusahaan besar dan terkenal. Kebangkrutan bisa menjadi efek domino yang memengaruhi berbagai sektor, mulai dari pekerja, pemasok, hingga komunitas lokal. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika yang melingkupi kebangkrutan perusahaan besar. Artikel ini akan mengulas empat perusahaan besar di Indonesia yang mengalami kebangkrutan, menganalisis penyebabnya, serta menawarkan solusi melalui manajemen keberlangsungan bisnis

PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA)

PT Sariwangi dikenal luas sebagai salah satu produsen teh terkemuka di Indonesia, yang telah beroperasi sejak tahun 1970-an. Namun, perusahaan ini mengalami kebangkrutan pada tahun 2015. 

Kebangkrutan Sariwangi disebabkan oleh masalah keuangan, di mana Sariwangi menghadapi utang yang menumpuk dan kesulitan dalam menjaga arus kas yang sehat. Kemudian, persaingan yang ketat dari produk teh lainnya, baik lokal maupun internasional, yang lebih inovatif dalam pemasaran dan produk.

Nyonya Meneer

Nyonya Meneer merupakan perusahaan jamu tradisional yang terkenal, juga menghadapi nasib serupa. Nyonya Meneer mengalami kebangkrutan pada tahun 2017 setelah bertahan selama lebih dari 100 tahun. 

Penyebab utama dari kebangkrutan ini adalah kurangnya inovasi dan adaptasi terhadap tren pasar. Selain itu, juga ada perselisihan internal keluarga penerus, beban utang yang sangat besar sehingga berujung dengan bangkrut.

7-Eleven

7-Eleven mengalami kebangkrutan pada tahun 2017, yang mengakibatkan penutupan semua gerai. Kebangkrutan ini disebabkan oleh strategi ekspansi yang terlalu agresif tanpa mempertimbangkan analisis pasar yang matang. 

Selain itu, perusahaan menghadapi persaingan yang semakin ketat dari minimarket lokal yang lebih fokus pada kebutuhan konsumen dan lebih efisien dalam pengelolaan operasional. Kegagalan dalam memahami perilaku konsumen dan menyesuaikan diri dengan kondisi pasar menjadi titik lemah yang menyebabkan kebangkrutan.

Walaupun Kodak bukanlah perusahaan Indonesia, kebangkrutan Kodak dapat memberikan pelajaran berharga. Pada awalnya, Kodak adalah raksasa di industri fotografi, tetapi mengalami kebangkrutan pada tahun 2012. Penyebabnya adalah ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital. 

Meskipun Kodak adalah pelopor dalam teknologi kamera digital, perusahaan ini terjebak dalam model bisnis tradisional yang mengandalkan film. Ketidakmampuan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan tren pasar yang berubah dengan cepat menjadikan Kodak sebagai contoh klasik tentang bagaimana perusahaan besar bisa jatuh.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *